19 April 2013

Review: Java Heat (2013)


United States | Action & Adventure | R | Directed by: Conor Allyn | Written by: Conor Allyn, Rob Allyn | Cast: Kellan Lutz, Mickey Rourke, Ario Bayu, Rio Dewanto, Atiqah Hasiholan | English | Run time: 99 minutes |

Plot:
Jake Travers (Kellan Lutz) dan Hashin (Ario Bayu) harus menyelidiki kasus peledakan bom di pesta amal yang diselenggarakan oleh Sultana (Atiqah Hasiholan).

Review:
Pulau Jawa sedang berduka. Sultana Jawa diduga tewas akibat serangan bom bunuh diri yang diotaki jaringan teroris. Jake Travers, seorang pria kebangsaan Amerika Serikat, menjadi saksi kunci kejadian tersebut. Oleh karena itu lah, Jake diinterogasi oleh Letnan Hashim, seorang anggota Densus 88.

Pencarian mereka pun dimulai. Bahaya dan ancaman dengan cepat menghantui mereka. Setelah diusut, biang kerok kejadian ini adalah Malik (Mickey Rourke), seorang art merchant yang berbahaya. Secara mengejutkan, terdapat konspirasi besar yang dilakukan antara pihak Keraton dan Malik sehingga pencarian mereka tidak semudah yang mereka perkirakan sebelumnya.  


Langsung saja, film yang berlatarkan Indonesia ini tidak memiliki cerita yang dieksekusi secara tidak memadahi. Ya, mungkin pada awalnya kita dibawa ke dalam sebuah teka-teki menarik seputar 'meninggalnya' Sultana Jawa tapi jawaban dari teka-teki tersebut bisa dibilang obvious. Menuju pertengahan film, Java Heat goyah dan kehilangan arahnya. Java Heat mencoba untuk melakukan penggalian karakter film ini, hanya saja hal tersebut terkesan kentang. Dari sisi chemistry, dari pandangan gue, antara Jake dengan Hashim memiliki potensi kecocokan yang mumpuni. Hanya saja eksekusinya lagi-lagi kentang, konflik diantara mereka terkesan berjalan seperti biasa saja.

Nah, saatnya kita berbicara aksi-aksi berbahaya film ini. Java Heat memang dipenuhi dengan adegan aksi layaknya film-film sejenis. Namun, film ini tidak memiliki sesuatu yang dapat ditonjolkan, sesuatu yang dapat membedakan film ini. Bahkan, gue agak sulit menemukan klimaks dari aksi-aksi yang dilakukan tokoh-tokoh film ini. Semua terkesan datar, tidak memberikan suatu ketegangan berarti ataupun emosi. Gue hampir ketiduran. Malah yang membuat gue terjaga adalah penggambaran kebudayaan Indonesia yang kental ditampilkan di film ini. Java Heat malah kayak Indonesian Culture 101 gitu.

Best Scene:
Apaan yak. Adegan yang seharusnya klimaks, yakni adu tembak di atas Candi Borobudur ternyata ga nendang. Bingung gue apaan, pas bikin tulisan ini gue udah lupa adegan apaan aja.


Jadinya?
From now on, we play by my rules, Java rules. Java Heat awalnya memiliki cerita yang cukup menarik namun dengan berjalannya waktu film ini kehilangan arahnya. Aksi yang diberikan juga tidak mampu memberikan hiburan yang segitunya, bisa dibilang kurang dari kata cukup. Ibaratnya kentang goreng, Java Heat belum digoreng, undercooked abis.

1 comment:

  1. Here is my opinion about this movie - it doesn't give any honor for Indonesia http://lifeinbigtent.com/movie-java-heat/

    ReplyDelete