5 March 2015

Review: Inherent Vice (2014)


United States | Comedy, Mystery-Suspense | R | Directed by: Paul Thomas Anderson | Based on: Inherent Vice by Thomas Pynchon | Written by: Paul Thomas Anderson | Cast: Joaquin Phoenix, Josh Brolin, Owen Wilson, Katherine Waterston, Reese Witherspoon, Benicio del Toro, Jena Malone, Maya Rudolph, Martin Short | English | Run time: 149 minutes

Sinopsis:
Seorang detektif swasta yang juga seorang hippie menyelidiki sebuah konspirasi yang melibatkan mantan kekasihnya, pengusaha real estate, kepolisian, lintah darat, dokter gigi, gembong narkoba, dan lain-lain.

Review:
Paul Thomas Anderson adalah salah satu sutradara film terbaik saat ini. Fleksibel dan detil. Tiap filmnya memiliki cerita yang unik dan mampu meninggalkan kesan tersendiri di ingatan penonton. Entah itu film Boogie Nights (1997), film ringan dan menyenangkan tentang potret industri pornografi di tahun 70-an, atau semacam There Will Be Blood (2007), film agak berat yang mengeksplor tentang ambisi seseorang dan keserakahan manusia. Tiap film Anderson merupakan film yang dapat dikatakan ambisius dan spektakuler dengan sendirinya.

Di film terbarunya, Inherent Vice, Anderson mengajak kita tenggelam di budaya hippie pada awal 70-an. Berlatar tempat kota Los Angeles yang dipenuhi narkotika dan konspirasi, kita diajak menyusun teka-teki berantakan yang mana dalam upaya memecahkannya akan membuat kita "teler". Rasa bingung sudah pasti timbul, mungkin memang sebuah kesengajaan dari Paul Thomas Anderson. Lebih baik dalam menonton film ketujuhnya ini kita menikmati saja perjalanannya sekaligus mengagumi pemandangan surealis yang tersaji. Tanpa bertanya-tanya arti dari perjalanan tersebut dan pemandangan yang ada.


Di sebuah rumah reot di kota fiksional bernama Gordita Beach, tokoh utama film ini, seorang pencandu yang juga merupakan detektif swasta, Larry "Doc" Sportello (Joaquin Phoenix) tinggal. Di suatu sore, diiringi suara voice over Sortilège (Joanna Newsom), narator film ini, Shasta Fay Hepworth (Katherine Waterston), mantan kekasih Doc, berkunjung. Tujuan kedatangan Shasta adalah untuk meminta tolong Doc untuk mencegah sebuah rencana yang akan membahayakan kekasih barunya, Mickey Wolfmann (Eric Roberts), seorang pengusaha real estate terbesar di Los Angeles. Rencana ini diotaki oleh istri Mickey, Sloane (Serena Scott Thomas), dan selingkuhannya. Rencana tersebut bertujuan untuk menceburkan Mickey ke dalam rumah sakit jiwa agar Sloane dan selingkuhannya dapat secara leluasa menikmati harta Mickey.

Cerita dari Inherent Vice tidak saja berkutat pada permasalahan itu saja. Doc sebagai detektif swasta juga menerima beberapa kasus lain untuk diselidikinya. Kasus pertama adalah kasus penagihan utang yang melibatkan salah satu anggota gang white supremacist, Glenn Sharlock (Christopher Allen Nelson), yang juga merupakan bodyguard dari Mickey Wolfmann. Kasus kedua melibatkan Hope Harlingen (Jena Malone), seorang istri yang curiga bahwa suaminya, Coy Harlingen (Owen Wilson), yang  diduga mati ternyata masih hidup. Kasus yang awalnya terlihat acak ini dengan berjalannya waktu menjadi sangat terikat dengan permasalahan awal yang dimiliki oleh Doc. Kasus-kasus ini diikat dengan dua kesamaan, yaitu entah bagaimana selalu berhubungan dengan Shasta dan organisasi bernama Golden Fang yang merupakan sindikat pengedar narkoba.


Masih banyak lagi tokoh yang dimiliki oleh film ini. Meski masing-masing memiliki jatah tampil yang minim tetapi tokoh satu dengan tokoh yang lain sangat berhubungan dan saling mempengaruhi cerita. Ada Penny Kimball (Reese Witherspoon), kekasih baru Doc yang merupakan seorang jaksa, ada juga Jade (Hong Chau), seorang pekerja di sebuah rumah bordil yang tiba-tiba menjadi akrab dengan Doc, serta jangan dilupakan tokoh penting seperti Bigfoot Bjornsen (Josh Brolin), seorang polisi yang menjadi "musuh" Doc dalam menuntaskan kasus-kasus ini, dan masih banyak lagi. Film yang diangkat dari novel Thomas Pynchon ini memang memiliki segudang tokoh. Saking banyaknya tokoh di film ini, penonton seolah diharapkan memiliki attention span yang panjang agar dapat mengerti dinamika cerita yang ada. Meski sesungguhnya pemahaman tentang cerita Inherent Vice merupakan suatu hal yang trivial.

Inherent Vice hadir sebagai film yang harus dirasakan, dialami agar mengerti. Kekuatan utama film ini adalah rasa yang dihasilkan selama dan saat menonton. Inherent Vice adalah sebuah film dengan sajian latar belakang yang sangatlah kaya, ditemani alunan melodi lagu rock klasik, dan visual yang cantik. Unsur-unsur yang hingga saat ini terus mengundang gue untuk mampir kembali ke film ini. Dan memang film ini akan terasa semakin baik jika ditonton berulang kali. Penampilan Joaquin Phoenix juga harus dipuji. Di film ini ia memberikan penampilan ikonis untuk sebuah tokoh yang ikonis.

Best Scene:
Ada di sebuah adegan yang melibatkan papan Ouija dan suara merdu Neil Taylor. Sebuah flashback manis ketika Doc dan Shasta, yang pada saat itu masih bersama, dengan sangat putus asa mencari obat-obatan. Berlari-larian mencari kemudian hujan pun turun dan mereka berdua harus berteduh. Mereka saling berbagi tawa dan kebersamaan, kemudian pulang membawa sebuah momen indah. Yeah, in this journey through the past they don't find drugs but they do find each other. Cantik sekali.



Kesimpulan:
Motto panukeiku! Motto panukeiku!

Inherent Vice adalah film yang harus dirasakan, dialami agar mengerti. Cantik dan merdu. Rasa bingung yang dihasilkan merupakan bagian penting film ini. Bingung layaknya seorang stoner. Jika boleh meminjam istilah, Inherent Vice will leave you dazed and confused.


What do you think about this movie? Share your opinion in the comment box below :D

No comments:

Post a Comment