United States | Action and Adventure, SciFi and Fantasy | PG-13 | Directed by: Joss Whedon | Based on: The Avengers by Stan Lee, Jack Kirby | Written by: Joss Whedon | Cast: Robert Downey Jr., Chris Hemsworth, Mark Ruffalo, Chris Evans, Scarlett Johansson, Jeremy Renner, Don Cheadle, Aaron Taylor-Johnson, Elizabeth Olsen, Paul Bettany, Cobie Smulders, Anthony Mackie, Hayley Atwell, Idris Elba, Stellan Skarsgård, James Spader, Samuel L. Jackson | English | Run time: 141 minutes
Sinopsis:
Avengers kini harus melawan Ultron, robot buah tangan Tony Stark yang memiliki kecerdasan buatan. Niat baik Stark yang menciptakan Ultron untuk menjaga perdamaian dunia malah menjadi bencana. Ultron kini berencana untuk memusnahkan seluruh umat manusia.
Review:
Familiar dengan fenomena economic bubble yang menerpa bidang properti Amerika, yang pada akhirnya menyebabkan krisis finansial pada tahun 2008? Saya bukanlah orang ekonomi tapi intinya adalah fenomena tersebut dapat dianalogikan seperti balon udara, semakin besar angin yang ditiupkan maka balon tersebut semakin besar, besar, dan besar hingga suatu saat meledak. Pop! Semakin besar balonnya maka semakin besar pula nilainya namun justru malah membuat balon itu rentan akan letusan. Lalu apa hubungannya dengan film ini? Tidak ada, saya cuman mau bilang bahwa analogi balon bisa digunakan untuk menggambarkan film comic book superhero yang merupakan fenomena sinema dekade ini. Mereka semua adalah bagian dari superhero-film bubble yang suatu saat dapat meledak secara tiba-tiba di tengah perjalanan atau justru berakhir dengan manis di ujung jalan nanti. Pertanyaan apakah film selanjutnya akan sukses atau tidak selalu menggentayangi pikiran saya tiap kali menunggu rilisan terbaru film superhero. Kemudian hadirlah film kedua dari Avengers yang memiliki judul Age of Ultron. Film superhero dengan skala raksasa ini masih disutradarai oleh Joss Whedon, sang penggagas utamanya. Namun apakah film ini merupakan angin yang akan memperbesar balon tersebut atau justru menjadi jarum pentul yang akan mengakhiri ini semua? Mari kita lihat.
Film ini dibuka dengan sebuah aksi para Avengers yang terdiri dari Iron Man (Robert Downey Jr.), Captain America (Chris Evans), Thor (Chris Hemsworth), Hulk (Mark Ruffalo), Black Widow (Scarlett Johansson), dan Hawkeye (Jeremy Renner) yang sedang menyerbu markas dari anggota Hydra bernama Baron Wolfgang von Strucker (Thomas Kretschmann). Sebuah opening sequence yang disajikan dengan sebuah continuous shot yang rapi dan adil bagi seluruh anggota Avengers. Mereka semua menyerbu markas tersebut untuk mengambil kembali tongkat milik Loki, yang mana absen dulu di film ini. Tak lama kemudian kita diperkenalkan dengan Quicksilver (Aaron Taylor-Johnson) dan Scarlet Witch (Elizabeth Olsen). Dua manusia super yang kekuatan mereka dengan singkat dijelaskan oleh Maria Hill (Cobie Smulders) dengan kalimat, "he's fast and she's weird." Sebelum mampu memperoleh tongkat tersebut, Iron Man mengalami hipnotis dari Scarlet Witch yang ahli dalam hal guna-guna pikiran. Hipnotis tersebut mendorong Iron Man untuk menciptakan sesuatu yang mampu menyelamatkan bumi dari kehancuran. Sesuatu yang akan saya jelaskan di paragraf selanjutnya.
Sesuatu itu adalah Ultron (James Spader), sebuah robot yang memiliki kecerdasan buatan yang berasal dari tongkat Loki. Ultron dimaksudkan sebagai penjaga kedamaian bumi. Namun Ultron adalah peacekeeper program went horribly wrong. Tujuan menjaga kedamaian bumi dipahami secara berbeda oleh Ultron. Menurut pemahamannya kedamaian bumi dapat dicapai dengan memusnahkan seluruh manusia di bumi. Yah, mengapa begitu amat yah Ultron. Tokoh yang sering berucap, "Now I'm free, there are no strings on me!" ini, ya, seperti lagunya Pinocchio, merupakan tokoh antagonis yang berbahaya dan mampu mengakhiri hidup para Avengers. Selain sebagai sosok yang berbahaya, Ultron juga memiliki sisi humor yang cukup menggelitik. Alhasil menjadikan tokoh Ultron ini sebagai tokoh yang unik.
Yang selalu menjadi pertanyaan di film Avengers adalah bagaimana pembagian jatah tayang yang adil bagi seluruh tokoh utama di film ini. Sepanjang durasi film yang lewat sedikit dari dua jam ini, pembagian jatah tersebut terbilang adil, jika tidak mau dikatakan overcrowded. Apalagi kita dikenalkan dengan dua tokoh baru yaitu Quicksilver dan Scarlet Witch. Untuk konflik film sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan film pertamanya, yakni masih adanya keretakan yang di dalam regu Avengers yang membuat hubungan mereka tidak harmonis. Beberapa kali mereka berpisah dan bersilang pendapat. Keretakan ini juga mungkin untuk membuka jalan bagi film Civil War yang akan menempatkan diri Captain America dan Iron Man sebagai para pihak yang berselisih. Oh iya, di film ini diperkenalkan juga tokoh baru bernama Vision (Paul Bettany), sesosok robot/manusia yang terbuat dari Vibranium dan memiliki sumber kekuatan dari batu yang ada di tongkat Loki. Pantesan harga batu mahal sekarang.
Di kesempatan kali ini Joss Whedon mencoba menggali lebih dalam karakter-karakter yang ada, terutama untuk tokoh Hulk, Black Widow, dan Hawkeye. Trio yang hingga saat ini tidak memiliki film yang berdiri sendiri. Penting memang, hanya saja penggalian karakter ini menurut saya cukup mengambil waktu. Alhasil sedikit mempengaruhi kelancaran arus bercerita. Whedon juga memberikan sentuhan unik di dinamika hubungan antara Black Widow dengan Hulk. Black Widow kini berperan menjadi "Hulk whisperer" alias pawangnya Hulk. Selain itu Whedon juga memberikan bumbu-bumbu romansa di antara mereka berdua. Hal yang menarik namun terkadang agak terasa canggung. Terutama jika mengingat adanya percikan antara Captain America dan Black Widow di film The Winter Soldier (Anthony Russo, Joe Russo, 2014). Meskipun canggung sentuhan yang diberikan Whedon antara Hulk dengan Black Widow di akhir film ini terbilang bittersweet, pas dengan selera saya.
Jawaban atas pertanyaan di atas tadi, Age of Ultron bukanlah jarum pentul yang akan meletuskan balon yang merupakan analogi fenomena film superhero. Age of Ultron justru masih merupakan angin yang membantu Marvel Cinematic Universe ini terus berkembang. Hal ini penting mengingat rencana kolosal yang disiapkan Marvel hingga akhir dekade ini. Rencana yang membuat studio Hollywood lain iri dan was-was. Mungkin film ini belum bisa melampaui pencapaian film pertamanya. Setidaknya masih mampu menyamai. Age of Ultron masih merupakan film yang menghibur. Penuh dengan aksi-aksi yang menyenangkan untuk ditonton serta dipenuhi oleh humor-humor lucu yang tidak pernah terasa akan habisnya. Film sebesar Avengers adalah film yang sulit, pernyataan yang diamini oleh Joss Whedon sendiri. Oleh karena itu, sebagai penyemangat saya ucapkan, "good job, Whedon." Ya, paling dia juga tidak akan membaca review saya ini, da aku mah apa atuh just a speck of dust within the galaxy~~~
Best Scene:
Agak sulit untuk memilih adegan terbaik. Mungkin untuk sementara ini saya akan menaruh hati pada adegan Hulkbuster yang telah menjadi daya tarik film ini semenjak trailer-nya rilis.
Kesimpulan:
I thought Ultron was just a fantasy.
Age of Ultron masih merupakan film yang menghibur. Penuh dengan aksi-aksi yang menyenangkan untuk ditonton serta dipenuhi oleh humor-humor lucu yang tidak pernah terasa akan habisnya. Di film ini Whedon mencoba menggali karakter-karakter yang ada dan tidak lupa juga memberikan sentuhan yang menarik, terutama di dinamika hubungan antara Hulk dengan Black Widow. Meski terasa overcrowded dan terseret-seret, film ini masih memuaskan. Good job, Whedon!
P.S. Kalo ditiap film Marvel Cinematic Universe postscript digunakan untuk mengingatkan akan adanya post credit scene yang menjadi ciri khas film Marvel, kali ini saya tidak akan melakukan hal tersebut. Postscript ini akan saya isi dengan sebuah pernyataan: eh, Claudia Kim cantik juga ya, baru sadar saya, hehehe.
What do you think about this movie? Share your opinion in the comment box below :D
Setuju banget sama analogi abang! Tapi agak kecewa ama Quicksilver sih, soalya dia di X-men yang terakhir kemarin bisa sekece itu dan menurut gue agak kurang kalo dibandingin ama yang di Age of Ultron ini.
ReplyDeleteLalu scoringnya juga kurang mantep, kayak ada beberapa musik yang gak pas gitu.
But overall, suka ama jalan ceritanya. Heheh.
Betul! Quicksilver di X-Men lebih memorable karena lebih kece dan cool. Apalagi yang dia lari slowmo di Pentagon sambil diiringi lagu Time in a Bottle, kece abis. Di film ini Quicksilver cendrung ketutupan sama Scarlet Witch yang menurut gue menjadi scene stealer di film ini. Scarlet Witch lebih layered dan vital aja, hehe.
DeleteBt bgt deh pi dah nulis komen panjang gak kepost. Btw suka kalimat lo yg "da aku mah apa atuh just a speck of dust within the galaxy". Deep bgt.
ReplyDeleteAnw, kaget loh Quicksilver dimetongin tp ya gmn udah diambil FOX juga ya lagian di X-Men lebih keren, ini komen gue spoiler gak sih hehe. Terus si Black Widow sm Hulk juga romance nya agak awkward gt tp suka.
Setuju ma u emg ini film aga overcrowded yha tp menghibur sekali luv bgt sama aa Tony (Stark bukan Febriawan) <3
P.S: Scene favorit ku adalah pada saat party di Avengers HQ terus mamang ultron dtg eh si bruce ditarik aja gitu ke balik bar sama natasha en jatohlah itu muka bruce di tete scarlett johansson. Menang banyak.
HAHAHA, komen lo menghibur banget! Da aku mah apa atuh hanya agar hamba ini terdengar layaknya vokalis lima marun di film begin again. Berbicara mengenai Tony, bukan Stark melainkan Ferbriawan, jika dia muncul di film ini mungkin rating yang gue berikan akan 4 dari 4. Legendaris, pencapaian umat manusia. Iya! Hahaha. Bruce Banner menang banyak. Berapa kali minta diulang yha. Penasaran, hhee.
DeleteAsem emang itu Bruce Banner! Hoki banget! Huahaha..
DeleteTapi tadinya untuk pemeran Hulk yang paling gw demen itu si Ed Norton, tapi setelah Avengers 2 ini kayaknya beralih, Hulk favorit ada di film ini! Yeey!
Hahaha, lucky Bruce. Lagian Ed Norton ga mau lanjutin jadi hulk sih, ga bisa menang banyak deh #canda, hehehe
Delete