United States | Comedy | R | Directed by:
Todd Phillips | Written by: Todd Phillips, Craig Mazin | Cast:
Bradley Cooper, Ed Helms, Zach Galifianakis, Ken Jeong, Heather Graham, Jeffrey Tambor, Justin Bartha, John Goodman | English | Run time: 100 minutes |
Plot:
The Wolfpack kembali! Kali ini mereka harus berhadapan dengan Marshall (John Goodman), musuh dari friend-enemy mereka, Leslie Chow (Ken Jeong).
Review:
Setelah cukup dinanti-nanti penggemar seri ini, Hangover Part III akhirnya tayang juga. Kisah dari sekawanan pria yang dinamakan the Wolfpack ini kembali dengan formula baru dan menampilkan karakter-karakter lama dari seri terdahulunya. Film yang digadang sebagai seri penutup Hangover ini pastinya telah mengundang ekspektasi tinggi bagi penggemarnya, tidak terkecuali gue. Setelah dibuat tertawa geleng-geleng pada Hangover namun dikecewakan dengan Part II nya, film ini gue harapkan dapat menjadi penutup yang manis bagi kisah gila the Wolfpack.
Masih terdiri dari Phil (Bradley Cooper), Stu (Ed Helms), Alan (Zach Galifianakis), dan Doug (Justin Bartha), the Wolfpack bersatu kembali demi membantu Alan yang sedang mengalami personal crisis. Krisis tersebut disebabkan oleh kematian ayahnya, Sid (Jeffrey Tambor), akibat dari ulah Alan sendiri. Hal ini memaksa teman-teman untuk ikut campur dalam kehidupan Alan. Mereka membujuk Alan untuk tinggal sementara di sebuah tempat rehab di Arizona. Ditengah perjalanan, mobil mereka dicegat oleh sekelompok orang
bertopeng babi. Cepat mereka ketahui bahwa mereka sedang disekap oleh
mafia ternama yang bernama Marshall. Tak hanya itu, mereka juga
terheran-heran dengan kemunculan Black Doug (Mike Epps), kawan dari pertualangan mereka di Las Vegas dahulu, sebagai anak buah Marshall.
Disekapnya mereka bukan tanpa alasan, Marshall yang pernah kecurian 21 juta dolar dari Chow sedang merencanakan balas dendam terhadapnya. Mereka dianggap Marshall sebagai pihak yang dapat menemukan Chow untuknya. Alasan ini didasarkan pada kenyataan bahwa Alan masih sering bertukar surat dengan Chow sebelum melarikan diri di Bangkok. Untuk menjamin terwujudnya keinginannya, Marshall menculik Doug dan mengacam akan menghabisinya jika mereka gagal membawa Chow. Lagi-lagi mereka harus memutar otaknya untuk menyelamatkan Doug. Selain itu mereka juga harus mencari keberadaan Leslie Chow yang antah berantah. Kegilaan apa lagi yang harus mereka lewati? Kekacauan apa lagi yang akan terjadi? Mari kita saksikan.
Hangover Part III dimulai dengan cara berbeda dibandingkan dua film sebelumnya. Jika pada dua film terdahulu berlatar awal sebuah pernikahan dan kealpaan mereka akibat hangover, kali ini kita disuguhkan sebuah prosesi pemakaman dan gangster berbahaya. Perlu digarisbawahi disini adalah keberanian Tod Phillips (Due Date, 2010) sebagai sutradara dengan Craig Mazin sebagai rekan screenwriter-nya untuk mengubah pakem khas Hangover. Memang hal ini bisa dianggap mendesak mengingat Part II yang menggunakan pakem yang tek-tok dengan Hangover ternyata tidak berhasil menyamai keberhasilan film pertamanya. Mungkin untuk tidak mengulangi kesalahan sebelumnya, mereka memberanikan diri untuk menyajikan sesuatu yang berbeda di film penutup ini. Hanya saja hal ini sangat berpengaruh dengan gaya cerita Part III. Bagi gue, meski diwarnai dengan tokoh-tokoh yang sama, film ketiga ini kurang terasa hawa Hangover-nya, masih terbilang lucu namun tidak mampu men-deliver kejutan-kejutan dan keasyikan seperti dua film pertama (terutama film pertamanya).
Satu hal menarik dari film ini adalah flashback dan munculnya beberapa karakter ikonik dari film pendahulunya, terutama film pertamanya. Munculnya Black Doug dan nasib sial yang kembali menimpa Doug menjadi salah satu hal yang cukup mengelitik diri gue. Ucapan Stu ketika kembali ke Vegas mungkin menjadi highlight film ini. Satu hal lagi, munculnya Carlos, bayi dari Hangover pertama, bagi gue mungkin menjadi scene terbaik film ini.
Sebagai film penutup, Part III terbilang sebuah pengikat yang lemah. Film ini tidak mampu menghidupkan kembali kejayaan yang dulu dipangku Hangover, malah justru memperlemahnya. Yang terjadi biarlah terjadi, meski tidak berakhir manis, memang sudah saatnya seri ini pensiun.
Best Scene:
Sudah gue ucapkan di atas, bagi gue scene terbaik film ini adalah ketika Alan bertemu dengan Carlos yang sudah cukup besar. Bagaimana mereka bertemu lagi setelah beberapa tahun berpisah dan gestur terakhir sebelum mereka berpisah kembali mungkin menjadi hal yang digarap secara benar di film ini.
Jadinya?
Someone needs to burn this place to the ground. The Hangover Part III adalah sebuah kekecewaan. Tidak mampu memberi kejutan-kejutan ala Hangover terdahulu dan gaya penceritaan yang berbeda sayangnya tidak menyuguhkan kesan berarti. Semuanya terlewat begitu saja. Akhir yang tragis dari kisah the Wolfpack.
P.S. Ga lengkap memang jika film Hangover tanpa diwarnai hangover. Tunggulah selama 3 menitan setelah credit roll bergulir. Kita disajikan hangover yang tidak kalah nyeleneh dibandingkan dua film pertamanya.
No comments:
Post a Comment