25 May 2013

Review: Jane Eyre (2011)


United Kingdom, United States | Drama, Romance | PG-13 | Directed by: Cary Fukunaga | Based on: Jane Eyre by Charlotte Brontë | Written by: Moira Buffini | Cast: Mia WasikowskaMichael FassbenderJudi DenchJamie Bell | English | Run time: 120 minutes |

Plot:
Kisah romansa antara Jane Eyre (Mia Wasikowska), perempuan mandiri yang selalu hidup sendiri, dengan pria kaya bertempramen tinggi, Edward Fairfax Rochester (Michael Fassbender).

Review:
Film ini dimulai dengan Jane yang sedang menangis lari dari sebuah rumah. Sendirian, Jane berada di sebuah ladang luas yang tengah hujan deras, meratapi takdirnya yang penuh derita. Jane yang sekarat berhasil mencapai rumah milik St. John Rivers (Jamie Bell) untuk meminta pertolongan. Disana dia diselamatkan oleh St. John dan kedua saudarinya.

Jane Eyre adalah seorang yatim piatu dari keluarga yang cukup berada. Setelah kematian orangtuanya, Jane diasuh oleh tantenya yang memperlakukannya dengan buruk. Tiap hari dia mengalami perilaku tidak adil dari tantenya itu. Pada suatu hari, Jane dikirim tantenya ke Lowood School, sebuah sekolah dengan disiplin yang sangat keras. Hidup Jane disana tidak lebih baik dari sebelumnya. 



Delapan tahun kemudian, Jane keluar dari Lowood School. Ia dipekerjakan oleh Mrs. Fairfax (Judi Dench) untuk menjadi governess seorang perempuan yatim piatu bernama Adele Varens (Romy Settbon Moore). Demi pekerjaannya itu, Jane harus pindah ke Thornfield Hall, sebuah rumah besar yang dimiliki oleh Edward Fairfax Rochester. Disana hubungan mereka dimulai dengan situasi canggung namun dikit demi sedikit tumbuh perasaan cinta. Jane Eyre yang berkepribadian tertutup mulai luluh hatinya sedangkan Rochester jatuh hati dengan pribadi Jane yang unik dan kuat. Namun kisah mereka harus dirintangi oleh sebuah rahasia masa lalu.

Novel Jane Eyre yang ditulis oleh Charlotte Brontë merupakan salah satu karya sastra klasik Inggris. Kisah yang pertama kali diterbitkan di tahun 1847 ini sudah berkali-kali diadaptasi menjadi film. Namun adaptasi Jane Eyre pertama yang gue tonton adalah hasil karya dari Cory Fukunaga (Sin Nombre, 2008) dan perlu gue bilang dari awal kalo gue tidak menyesal menonton film ini. Awalnya gue agak sedikit menghindari film-film romance yang ber-setting tahun 1800-an karena adanya tendensi membosankan. Namun Fukunaga berhasil membuktikan sebaliknya. Berhubung Jane Eyre adalah karya sastra klasik, bahasa yang digunakan di film masih mengikuti materi aslinya, yakni bahasa Inggris lama yang kadang-kadang belibet dan sulit dimengerti. Hanya saja, Fukunaga mampu membuat bahasa sastra tersebut menjadi pemanis film ini. Sedangkan nuansa gelap yang kadang-kadang membosankan mampu dibuat tidak menjenuhkan dengan diterapkannya sinematografi yang cermat. Materi asli Jane Eyre yang terdiri dari tiga volume terpisah berhasil ditulis kembali oleh Moira Buffini menjadi kisah yang penuh dengan konflik-konflik efektif tanpa perlu menanggalkan tema dan isu yang terkandung di dalamnya.


Kisah Jane Eyre itu sendiri merupakan sebuah kisah dengan kedalaman cerita yang mumpuni. Pada kisah aslinya kita diajak untuk melihat permasalahan seperti pertentangan antara cinta dengan kesadaran moral, feminisme, kelas sosial, dan lain-lain. Untungnya, hal yang sama dapat dirasakan juga di film ini. Pada film ini kita diajak menelaah isu-isu tersebut dari sudut pandang Jane. Disini seolah-olah kita dapat melihat kondisi masyarakat Inggris pada masa tersebut serta merasakan dilema kompleks yang dialami masing-masing tokohnya. 

Hal yang menurut gue sangat menyenangkan dari film ini adalah bagaimana cerita ini diperankan oleh aktor dan aktrisnya. Karakter Rochester diperankan dengan baik oleh Fassbender dan begitu pula tokoh-tokoh lainnya. Garis bawah film ini adalah penampilan dari aktris Australia, Mia Wasikowska. Di sini dia membuktikan lagi kemampuannya dalam berakting. Tokoh Jane Eyre benar-benar diperankannya dengan hidup. Dengan ekspresi wajah dan mata menawan Wasikowska, Jane Eyre mampu memperoleh simpati dari penonton, gue seolah mampu merasakan kesendirian dan kesedihan yang ia alami. Tidak mengherankan bagi gue ketika Meryl Streep memuji performanya ketika memberikan acceptance speech pada Golden Globes 2012 lalu.

Best Scene:
*mungkin spoiler* Ketika Jane menolak permintaan Rochester untuk hidup bersama tanpa adanya hubungan perkawinan. Mereka memang saling mencintai namun dengan kondisi Rochester yang masih terikat perkawinan, mereka tidak mungkin melakukan hal tersebut. Di scene ini kita diperlihatkan sebuah pertentangan antara rasa cinta dengan kesadaran moral, salah satu isu penting film ini. Berkat performa dari Fassbender dan Wasikowska, scene ini cukup mengharukan.


Jadinya?
A dream, awaken then. Jane Eyre merupakan film adaptasi yang cukup baik dari sebuah karya sastra klasik. Dengan adaptasi ini, kisah Jane Eyre dapat dinikmati lagi oleh generasi saat ini. Tepuk tangan diberikan pada visi yang dimiliki oleh Cory Fukunaga dan performa prima Mia Wasikowska. 

4 comments:

  1. Jadi pengen gw tonton lagi ini film, adegan Rochester dengan janggut tebalnya di bawah pohon di paruh akhir itu memorable banget. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sekali. Di bawah pohon mereka bertemu kembali, worth rewatching.

      Delete
  2. saya sudah coba browsing film jane eyre versi 2011 belum dapat nih,.bisa tolong infonya ya,.??'coz saya mau pake untuk referensi skripsi saya.thanks in advance.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf sekali baru bisa membalas komen ini, saya sedang tidak sering membuka blog ini. Mungkin jika boleh memberi alamat email anda ke saya untuk link filmnya akan saya bantu.

      Delete