United States | Action & Adventure, Sci-Fi & Fantasy | PG-13 | Directed by: Shane Black | Based on: Iron Man by Stan Lee, Larry Lieber, Don Heck, Jack Kirby and Extremis by Warren Ellis, Adi Granov | Written by: Drew Pearce, Shane Black | Cast: Robert Downey, Jr., Gwyneth Paltrow, Don Cheadle, Guy Pearce, Rebecca Hall, Stephanie Szostak, James Badge Dale, Jon Favreau, Ben Kingsley | English | Run time: 130 minutes |
Plot:
Biliuner cerdas, Tony Stark (Robert Downey, Jr.) mengalami krisis identitas diri. Dia harus melindungi orang-orang yang disayanginya dari ancaman Mandarin (Ben Kingsley), seorang teroris yang sangat berbahaya.
Review:
Pada tahun 1999 silam, Aldrich Killian (Guy Pearce) yang sedang merintis sebuah organisasi Advanced Idea Mechanic (AIM) bertemu dengan Tony dan Maya Hansen (Rebecca Hall) di sebuah pesta tahun baru di Swiss. Pada saat itu, dia meminta pertolongan Tony untuk bersama-sama mengembangkan organisasi tersebut. Tidak tertarik, Tony pun menolak permintaan tersebut. Beberapa tahun berselang, Pepper Pots (Gwyneth Paltrow) selaku direktur Stark Industries didatangi olehnya. Pada saat itu, Aldrich yang terlihat sudah berhasil berniat mengajak kembali Stark Industries bergabung bersama dirinya.
Berselang beberapa waktu setelah kejadian pada film The Avengers (Joss Whedon, 2012), Tony Stark dihantui oleh rasa takut yang berujung pada krisis identitas diri. Dia merasakan keterbatasan kemampuannya untuk menyelamatkan orang-orang yang disayanginya. Hal ini membuat Tony terobsesi membuat sejumlah setelan Iron Man yang diharapkan dapat memberikan rasa aman kepada dirinya. Sayangnya, obsesi tersebut menyebabkan renggangnya hubungan Tony dengan Pepper Pots, kekasih sekaligus direktur Stark Industries.
Amerika Serikat sedang dilanda rasa panik. Teroris misterius bernama Mandarin berhasil menyebarkan ancaman teror melalui siaran televisi. Serentak masyarakat Amerika Serikat dibuat ketakutan. Untuk menenangkan hati rakyatnya, Presiden AS menugaskan James "Rhodey" Rhodes (Don Cheadle) untuk menjadi Iron Patriot. Rhodey bertugas untuk mencari asal-muasal dan mencegah aksi mengancam Mandarin. Keadaan semakin runyam ketika Happy Hogan (Jon Favreau), pengawal pribadi Tony, menjadi korban aksi terror Mandarin.
Selamat datang di film pertama yang membuka film-film lanjutan dari The Avengers. Meski gue bukanlah penggemar seri film Iron Man, bohong rasanya kalo gue bilang tidak menunggu hadirnya film ini. Berbeda dari film-film sebelumnya yang disutradarai oleh Jon Favreau, Iron Man 3 dinahkodai oleh Shane Black yang dikenal sebagai penulis film Lethal Weapon (1987) dan sutradara Kiss Kiss Bang Bang (2005). Pada kesempatan kali ini, Shane Black membawa Iron Man 3 ke arah yang berbeda. Dengan sentuhan-sentuhan gelap ala TDK, Black bertujuan untuk lebih menggali unsur manusia dari Iron Man. Apakah hal itu berhasil? Mari kita lihat.
Secara sekilas dirasakan, Iron Man 3 layaknya seri tersendiri dari film-film sebelumnya. Dibuat untuk lebih menggali unsur manusia dari Iron Man, di film ini kita akan lebih sering disuguhi penampilan Tony Stark tanpa baju besinya. Di sini kita diajak bertualang layaknya sebuah film detektif yang kental dengan sentuhan buddy-adventure. Tony melakukan pencarian mengenai asal-muasal teror Mandarin dengan seorang anak kecil cerdas yang bernama Harley (Ty Simpkins) dan kemudian dilanjutkan dengan rekan lamanya, yakni Rhodey. Perlu gue puji di bagian ini adalah bagaimana chemistry antara Tony dengan Harley dan Rhodey terkemas dengan rapi. Baik Harley dan Rhodey mampu memberikan efek menarik untuk mengundang tawa dan senyum dalam film ini.
Black juga mencoba untuk mengeksplor lebih lanjut permasalahan diri yang dialami oleh Tony pasca The Avengers. Bisa dibilang hal ini merupakan tali penyambung yang manis antara The Avengers dan Iron Man 3. Konsep identity crisis yang disuguhkan di film ini perlu diberi pujian. Hal ini mampu memberikan depth cerita yang lebih dibandingkan kedua film sebelumnya. Sesuatu yang benar-benar mengundang rasa penasaran gue untuk menonton film ini. Hanya saja, ada suatu hal yang amat mengganggu dan menurut gue sangat disayangkan.
Hal yang menurut gue sangat mengganggu di film ini adalah tokoh villain film ini. Porsi Mandarin sebagai salah satu musuh berpengaruh Iron Man secara paksa dikebiri. Sebuah keputusan yang luar biasa berani diambil oleh Shane Black dan Marvel. Gue sangat-sangat terkejut melihat Mandarin yang diperlakukan seperti demikian. Rasa heran pastinya amat dirasakan. Twist yang terkait dengan villain film ini pastinya akan memicu perdebatan panjang di antara penonton. Tapi perlu diakui, meski 'sang penjahat asli' film ini tidak memiliki latar cerita yang kuat, kemampuannya melebihi dua musuh Iron Man sebelumnya. Di film ini kita bisa melihat Iron Man dengan susah payah melawan musuhnya. Namun tetap saja, twist yang disajikan malah melemahkan cerita dari Iron Man 3.
Terlepas dari itu semua, para pemeran di film ini mampu memberikan yang terbaik. Seperti biasa, performa Robert Downey, Jr. amat mempesona dengan kesan charming-asshole yang dimilikinya. Gwyneth Paltrow di film ini diberikan porsi lebih menarik dibanding dua film sebelumnya dan dia mampu menjalankannya secara baik. Meski tokoh Mandarin disini tidak diberikan porsi 'mukul', Ben Kingsley mampu memberikan penampilan maksimal. Bahkan penampilan tukang pukul villain film ini bisa dibilang menarik. Performa James Badge Dale yang memerankan Eric Savin cukup berkesan di film ini.
Best Scene:
"Pesta kembang api JARVIS". Gue merasa terpukau dengan akhir dari film ini, sebuah penutup yang manis. Konklusi permasalahan identitas diri Tony Stark juga ditutup dengan baik. Tony Stark adalah Iron Man, bukanlah baju besi yang digunakannya.
Jadinya?
You'll never see me coming. Iron Man 3 tetap memberikan hiburan yang menarik dan humor-humor khasnya. Hanya saja secara keseluruhan depth cerita yang ditawarkan terasa hambar dan menjadikan film ketiga Iron Man ini terasa lemah.
dengan senang hati :)
ReplyDeleteSudah gue pasang ya linknya, hehe