France, Canada | Drama, Romance, Sci-Fi & Fantasy | PG-13 | Directed by: Juan Diego Solanas | Written by: Juan Diego Solanas, Santiago Amigorena | Cast: Jim Sturgess, Kirsten Dunst | English | Run time: 107 minutes |
Plot:
Di sebuah galaksi yang berada jauh disana, terdapat dua planet yang memiliki dua gravitasi yang berbeda dan hidup secara berdampingan. Dari Down Below, hiduplah Adam Kirk (Jim Sturgess), seorang yatim piatu yang tinggal bersama tantenya. Pada suatu hari dia bertemu dengan Eden Moore (Kirsten Dunst), gadis cantik yang berasal dari Up Top. Walaupun hidup di dunia berbeda, diantara Adam dan Eden tumbuh benih-benih cinta. Namun kisah mereka tidak semudah yang diperkirakan.
Film ini dimulai dengan Adam menceritakan keunikan dunia yang dia tempati. Di dunia yang memiliki dua planet tersebut, terdapat 3 hukum gravitasi: semua objek ditarik oleh gravitasi asal benda tersebut, suatu berat benda dapat diimbangi dengan benda dari planet lain (inverse matter), dan benda yang bersentuhan dengan inverse matter setelah beberapa waktu akan terbakar.
Terdapat perbedaan yang amat mendasar diantara dua planet yang hidup berdampingan ini. Up Top tumbuh sebagai planet yang makmur dan maju sedangkan Down Below hidup miskin dan menderita. Segala kontak antar dua dunia ini dilarang, kecuali di dalam TransWorld, sebuah gedung pencakar langit yang menghubungkan dua dunia tersebut.
Akibat dari ledakan oil refinery milik TransWorld, Adam kehilangan orangtuanya dan hidup di panti asuhan. Sesekali waktu, Adam berkunjung ke rumah Becky, tantenya dan satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki. Adam selalu terpukau dengan pancakes yang dibuat oleh Becky. Pancakes yang dibuat dengan campuran serbuk sari dari lebah merah muda tersebut mampu melayang di udara, seolah-olah menangkal gravitasi masing-masing planet.
Terdapat perbedaan yang amat mendasar diantara dua planet yang hidup berdampingan ini. Up Top tumbuh sebagai planet yang makmur dan maju sedangkan Down Below hidup miskin dan menderita. Segala kontak antar dua dunia ini dilarang, kecuali di dalam TransWorld, sebuah gedung pencakar langit yang menghubungkan dua dunia tersebut.
Akibat dari ledakan oil refinery milik TransWorld, Adam kehilangan orangtuanya dan hidup di panti asuhan. Sesekali waktu, Adam berkunjung ke rumah Becky, tantenya dan satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki. Adam selalu terpukau dengan pancakes yang dibuat oleh Becky. Pancakes yang dibuat dengan campuran serbuk sari dari lebah merah muda tersebut mampu melayang di udara, seolah-olah menangkal gravitasi masing-masing planet.
Ketika mencari serbuk sari lebah merah muda di pengunungan dekat rumah Becky, Adam pergi lebih jauh daripada biasanya. Di puncak gunung tersebut, Adam bertemu dengan Eden. Hampir tiap hari mereka berdua bertemu di tempat tersebut, namun karena suatu kejadian naas, mereka berdua terpisah dan mereka harus saling menemukan satu sama lain.
Panjang ye sinopsis ye? Memang Upside Down memiliki premis cerita yang menarik dan unik. Ide dua dunia yang dipisahkan dengan gravitasinya masing-masing memang sulit dijelaskan secara singkat. Oleh karena itu, film ini penuh dengan narasi tokoh utama, mulai dari awal film hingga akhir, benar-benar penuh dengan narasi. Dengan mengakat tema forbidden love yang dibalut dengan sentuhan fantasi memang menjanjikan cerita yang berbeda serta mampu menggugah minat gue untuk menonton film ini. Tapi, apakah itu semua menjamin Upside Down menjadi film yang apik?
Perlu diakui, Upside Down memang memiliki premis cerita yang menarik, hanya saja film ini tidak mampu memaksimalkan materi-materi menarik yang dimilikinya. Dari segi cerita misalnya, film ini cendrung naik turun, sehingga sulit menentukan klimaks dari film ini. Hal itu juga menyebabkan film ini cendrung terkesan ga selesai-selesai (setidaknya bagi gue). Kemudian, sayangnya, film ini juga dipenuhi dengan inkonsistensi dan plot holes (gue ga mau spoiler, coba lo tonton aja dulu). Perkembangan karakter di film ini juga terbilang kurang. Mungkin tokoh Adam sudah cukup berkembang jika tidak mau dikatakan tidak sama sekali. Kalo mengenai tokoh Eden disini, kemampuan Kirsten Dunst terkesan disia-siakan karena perkembangan tokoh Eden terasa jalan ditempat.
Poin menarik yang bisa kita nikmati dari film ini adalah keindahan visualnya. Dunia alternate universe yang tricky ini mampu digambarkan secara cemerlang. Tidak bosan-bosannya kita dibuat terkesima dengan fenomena-fenomena menarik film ini. Sebagai contoh adalah ketika melihat benda-benda yang berbeda asal dunianya ditarik oleh gravitasinya masing-masing atau pencampuran antara Up Top dan Down Below di TransWorld, benar-benar membuat gue takjub.
Best Scene:
Ada di awal film, ketika Adam menarik Eden ke dunianya dan kemudian mereka berciuman di bawah batu (coba lo liat gambar paling atas). Menurut gue scene itu bener-bener berhasil merangkum segala keindahan film ini dan emang caem banget.
Jadinya?
Gravity, they say you can't fight it. But, what if love was stronger than gravity? Upside Down merupakan film dengan premis yang unik namun sangat disayangkan eksekusinya mengecewakan sehingga film ini tidak maksimal.
No comments:
Post a Comment