30 April 2015

Review: The Voices (2015)


United States, Germany | Comedy | R | Directed by: Marjane Satrapi | Written by: Michael R. Perry | Cast: Ryan Reynolds, Gemma Arterton, Anna Kendrick, Jacki Weaver | English | Run time: 104 minutes

Sinopsis:
Jerry adalah seorang pria menarik yang memelihara anjing dan kucing yang bisa "berbicara". Ia berusaha mendekati salah satu rekan kerja perempuannya, hanya saja semua itu berubah menjadi upaya yang berdarah-darah.

Review:
Ada suatu keterkejutan tersendiri di diri saya ketika tahu bahwa Marjane Satrapi duduk di bangku sutradara film ini. Sosok Satrapi memang lebih dikenal sebagai seorang novelis dan ilustrator. Dia juga pernah menjadi sutradara film animasi berjudul Persepolis (2007) dan Chicken with Plums (2012). Kedua film tersebut diangkat dari cerita hidup Satrapi ketika ia kecil di Iran pada masa Revolusi Islam hingga ia dewasa. Suatu hal yang menarik mengetahui Satrapi menggarap film live-action dengan genre black comedy yang ditulis oleh Michael R. Perry. Bertanya-tanya seperti apa sentuhan kelam nan lucu seperti yang dapat Satrapi hasilkan di film berjudul The Voices ini. Lalu sedikit intermezo, tanpa direncanakan sebelumnya, film ini menjadi film ketiga yang saya resensi dalam bulan ini yang digarap oleh perempuan keturunan Iran. Review Luthfi secara tiba-tiba menjadi sangat Iran di April ini. 

Mungkin kita sudah sering mendengar kasus pembunuhan dimana pelakunya berdalil bahwa terdapat suara-suara di kepalanya yang menyuruhnya melakukan pembunuhan tersebut. Ya, kurang lebih film ini seperti itu. Jerry (Ryan Reynold) adalah seorang pria dengan fisik menarik yang akibat trauma masa kecil menyebabkan dirinya sering kali mendengar suara-suara di kepalanya. Terkadang suara tersebut memerintahkan dirinya untuk melakukan perbuatan yang tidak-tidak. Uniknya suara tersebut termanifestasikan dalam bentuk binatang peliharaan di rumah Jerry: Bosco yang seekor anjing dan Mr. Whiskers yang seekor kucing. Mereka berdua layaknya malaikat dan iblis, satu merupakan suara kebaikan yang satunya lagi suara kejahatan. Kedua suara itu menggambarkan pertempuran hati dalam diri Jerry. Agar mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna, Jerry memperoleh pertolongan dari seorang psikiater bernama Dr. Warren (Jacki Weaver), Jerry bekerja di sebuah perusahaan pembuat peralatan kamar mandi. Di sana ia bertemu dengan Fiona (Gemma Arteton), rekan kerjanya yang cantik dan mempesona. Namun upaya pedekate Jerry justru berubah menjadi serangkaian peristiwa yang kelam tapi malah menghibur penonton.


Kurang afdol rasanya jika film black comedy tidak menjamah ranah yang tabu. Film ini mengajak kita masuk ke dalam pikiran seorang dengan kepribadian manis dan menyenangkan namun menyimpan sisi kelam layaknya pembunuh berantai yang memangsa perempuan. Itu merupakan konsep yang dibawa dalam film ini. Suatu konsep yang menarik. Bahkan kita sebagai penonton dengan cara-cara unik film ini diajak pula bersimpati dengan sosok clueless yet dangerous serial-killer seperti Jerry. The Voices adalah film yang cukup absurd. Di film ini kita melihat anjing dan kucing bercakap-cakap layaknya manusia. Memang aneh tapi itulah letak humor film ini, menggelitik penonton dengan segudang penuh keanehan.

Film ini memiliki visual yang cantik. The Voices dihiasi dengan visual layaknya mimpi yang dipadankan dengan realita yang pahit dan gelap. Kontrasnya dua visual ini melambangkan perbedaan sudut pandang Jerry yang idyllic dengan suramnya kenyataan yang ada. Dalam bidang tata produksi dan tata kostum, film ini tampak mumpuni. Memang tidak spektakuler, hanya sederhana tapi mampu memberikan kesan unik. Contohnya adalah penataan apartemen Jerry yang begitu rapi dan indah namun sedikit-sedikit meninggalkan jejak ketidakberesan yang tersembunyi. Di bidang tata kostum, pemilihan warna-warna terang dan menyala mampu memanjakan dan menarik mata penonton. Warna pink dan jingga membuat film ini terlihat ceria dan santai. Kombinasi antara kesemuanya itu alhasil menjadikan film The Voices cukup stylish.


Selain membawa rona-rona ceria, film ini juga menghadirkan pemandangan yang kelam seperti diambil dari film horor atau thriller. Salah satu adegan terlawak di film ini adalah ketika seorang wanita dengan pakaian seadanya dikejar oleh sesosok pria dengan pisau besar yang pekat akan darah. Pemadangan itu sudah seperti template dari film horor atau thriller manapun. Hanya saja adegan tersebut di film ini malah disulap sehingga mampu mengundang tawa. Semuanya tampak over-the-top. Berlebihan. Apalagi ketika sesosok pria dengan pisau tersebut diperankan oleh Ryan Reynold. Di film ini pria yang akan bermain menjadi Deadpool di tahun 2016 itu menampilkan akting komedinya yang cukup mumpuni. Dengan senyum nanggung yang semerbak akan hawa canggung dan aksi-aksi kecil yang aneh, komedi-komedi film ini berhasil disampaikan oleh dirinya.

Selain dari menabrak-nabrakan antara visual indah nan ceria dengan segala unsur yang aneh dan kelam, sumber komedi film ini juga berasal dari dialog-dialog yang cukup jenaka. Contohnya adalah ketika rekan kerja Jerry yang bernama Lisa (Anna Kendrick) menceritakan pembagian harta gono-gini perceraiannya, "you know, he got the house and the car and I got the cat," dan masih banyak dialog lucu lainnya. Sepanjang film saya merasa terhibur dengan segala humor gelap dan keanehan yang disajikan. Bahkan hingga credit sequence film ini pun menghibur dengan sajian joget-joget musikal warna-warni dan super catchy ala endingnya The 40-Years Old Virgin (Judd Apatow, 2005). Sing a happy song, sing a happy song. C'mon sing along, sing a happy song~~~

Best Scene:
Selain Jerry's first kill seperti yang sudah dijelaskan di atas. Adegan terbaik film ini menurut saya terjadi menjelang akhir film ini. *spoiler alert* Ketika Jerry membawa Dr. Warren ke rumahnya. Permintaan Dr. Warren yang meminta untuk tidak ditinggal sendiri disanggupi oleh Jerry dengan menempatkan penggalan kepala Fiona di meja. Dr. Warren, Fiona, dan Mr. Whiskers berteriak tanpa henti.*spoiler end*


Kesimpulan:
I was the office hottie, now I'm a severed head in a fridge. Sucks to be me, Jerry.

Anjing dan kucing mampu berbicara! The Voices adalah film black comedy yang absurd dengan segudang keanehan. Selain dari menabrak-nabrakan antara visual indah nan ceria dengan segala unsur yang aneh dan kelam, sumber komedi film ini juga berasal dari banyak dialog cukup jenaka yang tersaji. Perpaduan dari semua itu menghasilkan momen komedik yang menghibur dari awal bahkan hingga benar-benar akhir (sampai credit sequence).


What do you think about this movie? Share your opinion in the comment box below :D

2 comments:

  1. Waaahhh nonton trailernya kayaknya lucu filmnya. Jadi makin kepengen nontooon..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo nonton! Kalo suka dengan black comedy pasti terhibur. Hehehe.

      Delete