14 August 2013

Review: Only God Forgives (2013)


Denmark, Thailand | Drama, Action & Adventure | R | Directed by: Nicolas Winding Refn | Written by: Nicolas Winding Refn | Cast: Ryan Gosling, Kristin Scott Thomas, Vithaya PansringarmRhatha Phongam | English, Thai | Run time: 90 minutes

Plot:
Seorang expat Amerika di Bangkok ingin membalas dendam atas kematian kakaknya. Hal ini diperumit dengan hubungan tidak wajar dengan ibunya dan adanya polisi misterius yang memburunya.

Review:
Film yang memiliki kombinasi seimbang antara style dengan substance merupakan suatu perpaduan maut. Coba kita lirik Drive (2011) hasil garapan sutradara Denmark Nicolas Winding Refn. Film yang bernafaskan nuansa tahun 1980-an itu selain digarap secara sangat cantik juga memiliki cerita manusiawi yang hangat. Bukan suatu yang mengherankan jika film tersebut termasuk jajaran film terbaik tahun 2011. Bahkan hingga saat ini, ada beberapa bagian di film tersebut yang masih terngiang di kepala gue. Setelah berhasil menggarap film tersebut, Winding Refn menggali lebih dalam segi artistik dari sebuah film. Berlatarkan dunia malam Bangkok, ia membuat film berjudul Only God Forgives.

Film ini bercerita tentang pemuda Amerika bernama Julian (Ryan Gosling) yang memiliki boxing club yang sekaligus merupakan pusat peredaran narkoba di Bangkok. Kakak Julian, Billy (Tom Burke) dibunuh setelah ia memperkosa dan membunuh seorang gadis di bawah umur. Billy dibunuh oleh Choi (Kovit Wattanakul), ayah dari gadis tersebut, atas perintah dari seorang polisi Thailand misterius bernama Chang (Vithaya Pansringarm). Berita kematian Billy sampai kepada Julian dan ibu mereka, Crystal (Kristin Scott Thomas). Crystal yang berada di Amerika dengan sigap menyusul ke Bangkok. Keesokkan harinya Julian mencari pelaku pembunuhan kakaknya demi membalas dendam. Namun apa yang ditemukan Julian membuat ia tertegun. Salah satu tangan dari ayah dari gadis yang Billy bunuh ternyata dipotong oleh Chang. Mengetahui fakta tersebut, Julian melepaskannya. Crystal namun tidak semudah itu menerima 'kebaikan hati' Julian. Crystal kemudian mengumpulkan orang untuk membunuh Choi dan Chang. Hanya saja Chang bukanlah sembarang polisi. Ia kemudian memburu Crystal dan orang-orang suruhannya, tak terkecuali Julian.


Unwatchable. Itu merupakan kata yang malang melintang dari review orang-orang yang gue baca. Style over substance merupakan alasan yang sering gue temukan. Ya, memang film ini memiliki unsur artistik yang sangat tinggi dan secara sekilas unsur ceritanya memang tertinggal. Namun menurut gue film ini jauh dari kata unwatchable. Memang bagi yang tidak terbiasa menonton film tempo lambat dan minim dialog akan merasa kantuk tidak tertahankan. Namun Only God Forgives dengan warna-warni lampu neon yang dikombinasikan dengan nuansa malam Bangkok yang sendu malah membuat gue betah duduk sampai film ini berakhir. Mata gue pastinya termanjakan. Gue memang sangat mengapresiasi film yang memiliki sentuhan seni yang mumpuni seperti ini. Akan tetapi kebetahan tersebut bukan disebabkan oleh alasan itu saja. Gue dibuat penasaran dengan 'kejutan-kejutan' yang disampaikan dengan sangat baik oleh segi artistik film ini. Film ini memiliki titik-titik ekstrim, perpindahan dari bagian yang cantik ke bagian gore atau ke bagian bizzare merupakan sumber rasa penasaran gue. Perpindahan tersebut digarap dengan sentuhan yang mampu membuat kita sedikit ngeri, shock, dan kebingungan tapi masih membuat kita merasa enjoy. Pengalaman menonton seperti itu lah yang cukup membuat gue betah menonton film ini.

Membicarakan segi cerita dari film ini gue merasa agak sedikit kesulitan menjelaskannya dengan kata-kata. Ceritanya terasa sangat minimalis. Only God Forgives adalah film yang dibanjiri dengan penceritaan visual sehingga sangat minim adanya dialog ataupun monolog. Film ini layaknya staring contest. Jika pada staring contest umumnya yang menang adalah yang paling lama tidak berkedip, di film ini yang menang adalah yang paling lama tidak berbicara. Alhasil, membuat tokoh-tokoh di film ini bersisi satu, tidak ada kedalaman emosi yang bisa dirasakan. Hal ini membuat gue sulit memberikan simpati kepada tokoh-tokoh yang ada di film ini. Jika secara keseluruhan ditelaah, menurut gue, inti cerita dari Only God Forgives tidak sesederhana yang disampaikan. Film ini mungkin tergolong film yang istilahnya minta banget untuk diinterpretasi. Butuh atau tidaknya interpretasi tersebut memang merupakan bahan diskusi lain. Namun jika boleh gue telaah sedikit, terdapat suatu hubungan unik yang terjadi diantara tokoh Julian dan Chang. Dalam hubungan tersebut, terdapat suatu konflik batin mendalam yang mampu menimbulkan banyak interpretasi. Hal inilah yang membuat cerita Only God Forgives sesungguhnya memiliki kedalaman tertentu dan menarik untuk dibahas.


Only God Forgives bukanlah film yang jelek. Film ini menurut gue masih masuk ke dalam spektrum film yang bagus. Tidak semua orang memang suka atau bahkan mengerti film ini. Gue pun terbilang belum mengerti secara keseluruhan maksud dari film ini terlebih lagi menyukainya. Namun gue sangat mengapresiasi film ini. Film ini merupakan suatu bentuk ekspresi yang digarap secara rapi oleh Winding Refn. Contoh film yang dapat diwujudkan dari sebuah sutradara yang visioner. Jika gue adalah sutradara, gue akan sangat iri dengan Winding Refn karena bisa membuat film semacam ini.

Best Scene:
Sepertinya ketika Julian bertarung dengan Chang. Gue sendiri ga tahu alasannya kenapa, tapi scene itu menurut gue bagus.


Jadinya?
Wanna fight? Only God Forgives adalah film yang sulit untuk dinilai. Ingin rasanya memberi nilai lebih tinggi tapi gue masih belum sepenuhnya mengerti dengan film ini. Digarap secara artistik dengan memaksimalkan teknik pencahayaan dan mengeksplorasi keunikan nuansa malam Bangkok, film ini sesungguhnya memanjakan mata dan mampu memberikan pengalaman yang menyenangkan. Namun dengan penggunaan struktur cerita yang tidak biasa ditambah dengan kurang mengertinya gue dengan keseluruhan inti ceritanya membuat gue belum bisa menyukai film ini sepenuhnya. 

6 comments:

  1. Mungkin emang bener agak style over substance, tapi menurutku film ini jauh lebih berisi dari yang dibilang banyak orang. Banyak yang bilang karakter-karakter di filmnya dangkal dan"bukan manusia", tapi bukannya mereka memang bukan manusia?
    IMO Chang itu perwujudan dari Tuhan yang menghukum manusia, sedangkan Julian adalah orang yang sedang "tersesat" jadi wajar aja kalau karakternya kerasa hampa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju dengan Kak Rasyid. Film ini memang minta banget diinterpretasi agar tahu maksud ceritanya bagaimana. Refn juga sebenernya udah bilang sendiri kalo tokoh Chang itu adalah "Angel of Vengeance. Selain itu juga, ide yang dimiliki Refn untuk film ini adalah menggambarkan manusia yang ingin bertarung melawan tuhan.

      Delete
  2. Hai Luthfi, cuma mau bilang blog Review Film by Luthfi saya nominasikan di Liebster dan Sunshine Award ya http://manusia-unta.blogspot.com/2013/08/liebster-sunshine-award.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah gue selesaikan Gan, haha. Thanks ya!

      Delete
  3. Hey Luthfi, i'm doing a review for Only God Forgives for myfilmviews.com 3rd Obstructions Blogathon (http://www.myfilmviews.com/2013/08/01/the-5-obstructions-blogathon-obstruction-3/). The task is to made a review by copy+pasting another reviews of the same films. I'm using some lines of your review for mine, i hope it's okay and you understand that it was not intended as plagiarism or something like that :)

    ReplyDelete
  4. film ini entah mengapa membuat saya lelah dengan karakter Gosling...mengapa dia memainkan karakter yg mirip2 sama Drive..ga ada suara, ga ada emosi,...(and then gw cek ke imdb...and baru tau kalo dia 'impoten') wth?
    seolah cuma robot gitu2 aja...

    Ga masalah sebenernya dengan alur cerita, and ane juga suka kok style-nya Refn even kalo dia memang mau memfokuskan pada violence-pun, cuma....plis..give us the heart...berikan karakter, bukan cuma tokoh aja tanpa emosi apapun ...

    but I loved this Momma B*itch Kristin...^^

    ReplyDelete