20 August 2015

Review: The Canal (2015)


Ireland | Horror | Unrated | Directed by: Ivan Kavanagh | Written by: Ivan Kavanagh | Cast: Rupert Evans, Antonia Campbell-Hughes, Steve Oram, Hannah Hoekstra, Calum Heath | English | Run time: 92 minutes

Sinopsis:
Setelah ditimpa berbagai masalah, seorang pengarsip film terobsesi untuk mengungkap sesosok misterius yang mengganggu dan mengancam diri serta keluarganya.


Review:

[Mengandung spoiler]

Film ini dibuka dengan sebuah pertanyaan, "who want to see ghosts?" Seketika ruangan yang tadinya bising pun berubah sunyi. Pertanyaan tersebut seolah menyentil rasa keingintahuan seantero ruangan tersebut, sekalipun mereka yang skeptis. Dalam pekerjaan sehari-hari, sosok "hantu" merupakan hal biasa yang dilihat oleh David (Rupert Evans), tokoh utama film ini. Dirinya bekerja sebagai pengarsip film. Terangnya, film yang ia arsipkan telah berusia uzur, tiap orang yang ada di dalamnya sudah pasti telah mati. Menurut dia hal itu sama saja seperti melihat hantu. Sebuah jawaban yang romannya tidak sesuai dengan harapan.

Semenjak kemunculannya di beberapa layar bioskop di Indonesia, The Canal belakangan ini cukup diperbincangkan. Kata "cukup" karena memang belum menyamai tingkat hype film horor indie sejenis seperti yang dimiliki film It Follows beberapa waktu silam. Film horor asal Irlandia ini disutradarai oleh Ivan Kavanagh dan naskahnya ditulis sendiri olehnya. Tipikal film horor asal Eropa lainnya, The Canal hadir untuk menguji kesabaran penontonnya. Temponya pelan dan keseraman yang ada dibangun secara perlahan. Film ini minim akan jumpscare, bahkan sosok memedi baru muncul di pertengahan film ini. The Canal adalah contoh film yang diam-diam menghanyutkan, tanpa disadari kita sudah terjebak dalam alunan misterinya.


Hidup David belakangan ini sedang tidak baik. Dirinya terkejut ketika sedang mengarsipkan rekaman crime scene yang berasal dari tahun 1902. Pasalnya ia baru mengetahui bahwa rumah yang dihuninya pernah menjadi lokasi pembunuhan keji. Selanjutnya, dugaan David bahwa istrinya Alice (Hannah Hoekstra) memiliki pria idaman lain ternyata benar. Hidupnya semakin kacau balau ketika jasad istrinya ditemukan tenggelam di kanal dekat rumahnya. Dalam kasus seperti ini, seperti yang diutarakan oleh detektif McNamara (Steve Oram), pelaku utama umumnya merupakan si suami. David pun berdalil bahwa dirinya bukanlah pelakunya, melainkan sesosok misterius yang ia liat ketika mengalami fever-dream. Sosok yang mengganggunya dan mengancam anaknya Billy (Calum Heath). Sosok yang ingin ia buktikan keberadaannya.

Satu hal yang paling saya suka dalam film ini adalah Kavanagh tahu betul cara untuk membangun ceritanya. Berjalan santai meski yang diceritakannya tidak santai. Penuh potongan-potongan misteri yang menegangkan. Secara struktur, The Canal merupakan campuran dari misteri whodunit dan gangguan supranatural dengan penekanan pada sisi psikologis serta aroma ritual cult yang sedap. Penceritaan The Canal sangatlah pelan. Awalnya kita diajak untuk meresapi kesedihan David terlebih dahulu. Lalu kita mulai diajak tenggelam dalam obsesi David untuk mengungkap sosok misterius tersebut. Perlahan The Canal menjebak kita dalam subjektivitas tokoh David dan membuat kita mengalami kaburnya realita yang ada. Sepanjang film merasakan kengerian dan perasaan tidak enak yang seolah serupa yang dialami tokoh David.


Expectation kills. Sayangnya ketika menonton film ini saya berharap bahwa penyelesaian misterinya akan menjadi sesuatu yang berbeda. Merupakan sebuah klimaks yang sepadan mengingat bagaimana Kavanagh membangun cerita dan memasukan unsur-unsur sedap sepanjang film berdurasi 92 menit ini. Hanya saja apa yang ditampilkan tidak sesuai harapan. Pengungkapan misteri film ini ternyata generik. Mudah diprediksi, bahkan dari awal. Apa yang sudah kita dan detektif McNamara duga ternyata benar adanya. Sesuatu yang tidak sepadan dengan yang dibangun oleh Kavanagh. Meskipun begitu cara penyelesaian film ini perlu diapresiasi. Bermain dengan subjektivitas dan membongkar subjektivitas tersebut dengan cara yang mampu membuat bulu kuduk ini bergidik dan bahkan membuat perut ini mual.

Meski berjalan pelan The Canal sesungguhnya tidak pernah benar-benar membosankan. Film ini lihai dalam membangun atmosfir ngerinya dan menjaga agar stabil. Film ini juga tidak mengandalkan jumpscare sebagai teknik menakuti penonton, sesuatu hal yang harus diapresiasi belakangan ini. Sebuah film horor bujet rendah yang mampu menakuti dan membuat hati ngeri dengan caranya sendiri. Namun sayangnya tidak mampu membedakan dirinya dengan film horor lainnya. Terlalu predictable. Akhir kata, The Canal tidak terlalu memuaskan saya tetapi juga tidak membuat saya pulang dengan rasa kecewa.

Best Scene:
Sudah pasti ketika pengungkapan misteri film ini. Ketika subjektivitas David dihadapkan dengan realita yang ada. Ketika David mengajak rekan kerjanya Claire (Antonia Campbell-Hughes) untuk melihat rekaman yang dibuatnya di kanal. Sebuah scene yang mirip dengan adegan khas film Ringu dan dibantu dengan tata suara apik yang mampu melipatgandakan kengeriannya.


Kesimpulan:
Who want to see ghosts?

Film horor yang berjalan dengan pelan namun menghanyutkan. Penuh dengan misteri dan pembangunan cerita yang mumpuni. Minim akan jumpscare namun mampu menjaga atmosfir dan rasa ngeri dengan stabil. Sayangnya pembangunan cerita yang sudah cukup apik tersebut diselesaikan dengan cara yang generik. Mudah diprediksi. Film yang tidak terlalu memuaskan namun juga tidak membuat pulang dengan rasa kecewa.


What do you think about this movie? Share your opinion in the comment box below :D

1 comment:

  1. Toss dulu dong nilai kita sama lagi nih. :v

    Ane setuju bro kalo The Canal masih terlalu generik dalam penyelesaian.
    Apalagi, bagian tengahnya terasa sudah tertebak arahnya akan kemana dan macet di situ.
    Jadi, The Canal seolah-olah sudah mati di tengah jalan sebelum filmnya sendiri abis.

    Overrated bgt kalo ngeliat banyak ulasan positif sebelumnya.

    BTW, jgn lupa juga baca reviewku juga ya...

    ReplyDelete